9 Bahaya Junk Food Untuk Kesehatan, Mulai dari Risiko Terkena Penyakit Jantung hingga Penurunan Fungsi Otak!
Burger, fried chicken, french fries, cokelat, keripik, dan sejenisnya memang sangat menggoda, terlebih jika ditemani minuman soda yang rasanya manis luar biasa. Kamu pastinya sudah tahu bahwa jenis makanan yang disebutkan sebelumnya termasuk ke dalam junk food, alias makanan yang sangat tidak sehat. Ada banyak risiko yang ditimbulkan jika terus terusan mengonsumsi junk food, seperti:
1.Meningkatkan risiko terkena penyakit jantung
Dalam Journal of the American College of Cardiology, 2020, hasil dari studi yang dilakukan pada lebih 13000 orang dewasa di Amerika Serikat menyatakan bahwa mereka yang mengonsumsi atau makan lebih banyak makanan ultra-proses atau junk food mengalami peningkatan risiko kematian akibat penyakit jantung sebesar 30% dan juga penyakit serebrovaskular sebesar 11%. Bukan hanya tidak sehat, jemput memang bisa meningkatkan risiko terkena penyakit jantung secara signifikan karena kandungan di dalamnya seperti lemak jenuh dan trans yang tinggi, tinggi kandungan natrium, dan juga tingginya kandungan gula tambahan.
2. Terkena obesitas
Ada beberapa alasan mengapa junk food bisa menyebabkan obesitas, seperti karena tingginya kalori serta rendah nutrisi, kandungan gula dan lemak yang tidak sehat, serta adanya gangguan mekanisme otak pada orang yang berlebihan mengonsumsi junk food (di mana jemput merangsang dopamin secara berlebihan yang pada akhirnya bisa menyebabkan efek adiktif). Harvard T.H. Chan School of Public Health menyebutkan junk food merupakan makanan yang cepat dicerna dan tidak membuat kenyang yang kemudian akan menimbulkan efek makan berlebihan, hal inilah yang memicu obesitas. Hasil studi NIH, 2019 juga menunjukkan bahwa individu yang mengkonsumsi junk food rata-rata mengonsumsi 500 kalori lebih banyak per harinya dibandingkan individu yang mengonsumsi makanan alami meskipun kalorinya sama di awal.
3. Kerusakan pada gigi
Ada tiga alasan utama mengapa junk food bisa menyebabkan kerusakan pada gigi, pertama kandungan gula pada junk food itu sangat tinggi yang merupakan makanan favorit bakteri, kedua mengurangi produksi air liur yang mana junk food terkenal dengan produknya yang asin seperti keripik ataupun minuman yang berkafein yang nantinya bisa menyebabkan mulut kering (pengurangan air liur bisa menyebabkan lingkungan asam bertahan lebih lama yang hal ini beresiko peningkatan erosi pada gigi), ketiga tekstur junk food yang lengket dan seringkali dikonsumsi tanpa gosok gigi seperti coklat, permen karet dan snack yang menempel lama di sela gigi yang sulit untuk dibersihkan (bagi orang yang jarang menggosok gigi, setelah memakan junk food, makanan sisa tersebut bisa terus menempel yang mengakibatkan kerusakan akan lebih cepat terjadi).
British Dental Journal (2015) menyebutkan bahwasanya anak-anak yang seringkali mengonsumsi junk food manis khususnya minuman bersoda, memiliki risiko lebih dari dua kali lipat mengalami gigi berlubang jika dibandingkan dengan anak-anak yang konsumsinya lebih sedikit.
4. Gangguan pada sistem pencernaan
Junk food memiliki kandungan serat yang rendah yang tentu saja bisa menyebabkan sembelit, selain itu junk food juga memiliki lemak yang tinggi yang mana hal ini berpengaruh karena lemak bisa memperlambat sistem pengosongan lambung yang mana akan menyebabkan rasa kembung begah dan mual. Bukan hanya itu saja, junk food juga bisa memicu refluks asam atau gerd karena lemak pada produk makanan satu ini, junk food juga dikenal memiliki gula yang tinggi serta bersifat aditif yang bisa menyebabkan gangguan mikrobiota pada usus, terakhir junk food memiliki kandungan bahan kimia dan pengawet yang mana bisa memicu radang usus ringan sampai kronis.
5. Menyebabkan ketergantungan serta a penurunan mood
Dalam sebuah studi FMRI menunjukkan bahwa aktivitas otak setelah mengkonsumsi junk food mirip dengan individu yang kecanduan alkohol ataupun kokain yang mana bisa mengaktifkan sistem reward pada otak. Saat stres, orang akan memakan junk food yang kemudian merasa lega untuk sementara. Namun saat ia stres kembali, ia akan mencari junk food lagi dan pada akhirnya muncullah pola adiktif yang mana saat emosi negatif muncul, ia membutuhkan junk food agar dirinya merasa lebih baik.
Public Health Nutrition Journal (2012) menyebutkan bahwasannya orang yang sering mengkonsumsi junk food terutama makanan fast food, memiliki risiko sebesar 51% lebih tinggi mengalami depresi jika dibandingkan dengan orang yang jarang mengonsumsi produk makanan tersebut. Hal ini disebabkan karena jam efek gula dan lemak berlebih pada junk food. Gula tinggi menyebabkan lonjakan glukosa darah yang mana hal ini menimbulkan lonjakan energi yang kemudian turun tajam yang berefek pada kelelahan, iritabilitas atau mudah marah, penurunan konsentrasi, dan juga mood swing.
6. Meningkatkan risiko terkena kanker
Ada 4 kandungan pada junk food yang bisa memicu kanker, diantaranya lemak trans dan lemak jenuh, processed meat, acrylamide, dan pewarna buatan plus zat aditif. Lemak trans dan lemak jenuh merupakan senyawa yang bisa memicu peradangan kronis yang erat hubungannya dengan perkembangan kanker, terutama kanker pada payudara, kolon, dan prostat. Processed meat diklasifikasikan WHO (2015) sebagai karsinogen grup 1, hal ini berarti daging olahan atau processed meat telah terbukti menyebabkan kanker terutama pada usus besar (contoh, sosis, ham, hotdog, dkk). Acrylamide merupakan senyawa yang terbentuk saat makanan kaya karbohidrat diolah dengan cara digoreng atau dipanggang pada suhu yang tinggi seperti contohnya kentang keripik, senyawa ini dimasukkan dalam kategori ‘probable human carcinogen’ oleh badan kanker WHO (IARC). Beberapa zat aditif, seperti pewarna tartrazine atau pengawet nitrit dihubungkan dengan risiko mutasi sel (hasil studi pada hewan). Memang tidak menyebabkan kanker secara langsung, namun bisa sangat berperan dalam lingkungan sel yang tidak sehat.
7. Fungsi otak semakin menurun
Junk food memiliki kandungan lemak jenuh serta memiliki kadar gula yang tinggi, kandungan tersebut bisa mengganggu kemampuan kognitif, konsentrasi, dan juga memori. Hal ini sesuai dengan sebuah studi utama Brazilian Longitudinal Study (JAMA Neurology, 2022), sebuah studi yang melibatkan 10.775 peserta yang berusia 35 sampai 74 tahun selama rentang rata-rata 8 tahun. Hasil studi tersebut menunjukan bahwa kelompok dengan konsumsi UPF (Junk Food/Ultra Processed Food) di kuartil atas mengalami penurunan fungsi kognitif umum sebesar 28% lebih cepat serta fungsi eksekutif (perencanaan, pemecahan masalah) sebesar 25% lebih cepat jika dibandingkan dengan kelompok yang mengkonsumsi rendah UPF (Junk Food/Ultra Processed Food).
8. Tumbuh kembang anak terganggu
Mengonsumsi junk food memang tidak terlihat berdampak langsung pada anak, namun ternyata ada banyak dampak junk food yang mempengaruhi tumbuh kembang anak seperti mengganggu asupan nutrisi esensial, meningkatkan risiko obesitas, gangguan pada emosi atau perilaku, dan bisa mengganggu perkembangan otak serta kognitif. Junk food memiliki kandungan kalori yang tinggi namun rendah gizi, jika sering dikonsumsi bisa menyebabkan anak kenyang oleh kalori kosong, menolak makanan bergizi, serta pada akhirnya mengalami defisiensi gizi mikro. Hal ini akan berdampak pada pertumbuhan tinggi badan yang melambat, perkembangan otak serta sistem saraf yang terhambat, juga penurunan daya tahan tubuh.
9. Terkena risiko diabetes tipe 2
Seperti yang telah disinggung sebelumnya, jemput memiliki kandungan gula yang tinggi, kan juga memiliki kandungan lemak tidak sehat, memiliki kandungan serat rendah atau bahkan tidak ada sama sekali, dan serta kandungan nutrisi penting dalam junk food sangat rendah. Dalam British Medical Journal (2020), meta analisis dari 3 kohort besar menghasilkan bahwa untuk setiap 10% peningkatan konsumsi kalori dari makanan ultra proses atau junk food, risiko diabetes tipe 2 meningkat sebesar 12% sampai 15%.
Tidak ada yang bisa menolak junk food, selain rasanya yang nikmat terkadang kita memerlukan asupan rasa lain yang berbeda tiap harinya. Boleh saja mengkonsumsi junk food namun harus bijak, misalkan mengkonsumsi junk food hanya 1-2 kali saja per bulannya atau maksimalnya satu kali dalam seminggu dalam porsi yang kecil. Hal ini sejalan dengan yang disarankan oleh Harvard School of Public Health, mengatakan bahwa mengkonsumsi makanan ultra proses (junk food) harus seminimal mungkin, idealnya kurang dari satu kali per minggu.
Jadi, seberapa sering kamu mengkonsumsi junk food? Atau lebih senang mengkonsumsi buah-buahan yang sudah pasti sehat dan menyehatkan? Jangan lupa baca juga artikel buah, “10 Buah-buahan untuk Diet yang Lezat dan Kaya Nutrisi”.
Image by Saba Imdad from Pixabay

Komentar
Posting Komentar