Banyak orang yang menyukai junk food, karena rasanya yang lezat dan cara pengolahannya cepat serta tidak rumit. Padahal sesuai dengan namanya, produk makanan ini sangatlah minim kandungan gizi dan sebaiknya ditinggalkan. Ada banyak jenis junk food yang bisa ditemukan saat ini, mulai dari cemilan atau makanan berat. Berikut ini beberapa ciri junk food:
1. Rendah serat, vitamin, dan juga mineral
Umumnya junk food tidak memenuhi prinsip dari gizi seimbang, karena ia memiliki sedikit kandungan atau bahkan tidak ada serat pangan yang sangat dibutuhkan oleh tubuh. Junk food umumnya juga memiliki kandungan vitamin yang minim seperti A, C, dan B kompleks, juga minim kandungan mineral seperti zat besi, magnesium, dan kalsium.
WHO dan FAO menekankan bahwasanya pola makan sehat haruslah mencakup berbagai makanan alami yang memiliki kandungan tinggi serat, vitamin, dan juga mineral. Selain itu, ahli gizi Dr. Rita Ramayulis, DCN, M.Kes menyebutkan bahwasannya junk food emanglah makanan mengenyangkan namun tubuh tidak bisa mendapatkan nutrisi penting. Hal ini dapat menyebabkan gangguan metabolisme dan fungsi organ tubuh dalam jangka panjang.
2. Kandungan gula, garam, kalori, dan lemak yang tinggi
Junk food memiliki kandungan padat energi, sayangnya jenis makanan ini rendah akan zat gizi penting. Sumber kalorinya sendiri berasal dari gula tambahan (contohnya sirup jagung dan fruktosa), tinggi natrium/garam (terutama pada jenis makanan instan atau siap saji), serta lemak jenuh dan trans (berlaku pada makanan yang digoreng, menggunakan krim, atau margarin).
Seorang profesor Dr. Hardinsyah, MS yang merupakan guru besar ilmu gizi IPB, menyebutkan makanan yang memiliki tinggi energi namun rendah gizi merupakan contoh junk food yang tidak baik untuk dikonsumsi secara berlebihan (seperti gorengan). Harvard School of Public Health juga menyebutkan bahwasanya mengonsumsi makanan yang tinggi lemak jenuh, gula, dan juga garam secara berlebihan sangat berkaitan erat dengan peningkatan risiko obesitas, diabetes tipe 2, hipertensi, dan juga penyakit jantung.
3. Memiliki banyak kandungan bahan kimia tambahan
Junk food sebagian besar memiliki kandungan penyedap rasa (seperti MSG, disodium inosinate), pengawet (contoh sodium benzoat, BHT, BHA), dan juga pewarna buatan (contohnya sunset yellow, tartrazine) yang bertujuan untuk meningkatkan rasa, warna, aroma, serta daya tahan. Berbagai kandungan tersebut jika dikonsumsi secara terus-menerus dalam jumlah yang besar akan menimbulkan efek negatif khususnya pada anak-anak dan orang yang sensitif.
Sebuah penelitian yang dimuat dalam Jurnal Clinical Pediatric (2012), menunjukkan bahwasanya bahan tambahan tertentu yang ada pada makanan olahan bisa berkontribusi terhadap kehidupan aktivitas yang terjadi pada anak-anak.
4. Cara pengolahannya sangat diproses
Istilah lain junk food adalah ultra-processed food (UPF), merupakan sejenis makanan yang dibuat menggunakan teknologi tinggi serta bahan kimia tambahan yang mana bentuk, rasa, dan juga teksturnya jauh dari bentuk alami bahan aslinya. Contoh berbagai produk UPF seperti nugget ayam (jarang memiliki kandungan daging murni dan lebih banyak kandungan tepung, garam, serta lemak) dan mie instan.
Sebuah studi BMJ (2020) menemukan bahwa mengonsumsi rutin UPF bisa meningkatkan risiko penyakit kardiovaskuler hingga 20%.
5. Menyebabkan efek ketagihan
Kombinasi gula, garam, dan juga lemak dalam junk food dirancang untuk bisa merangsang efek dopamin, yakni sebuah zat kimia di dalam otak yang bisa memberikan rasa senang yang efeknya mirip seperti narkoba ringan, semakin sering dikonsumsi maka akan semakin ketagihan.
Dr. Susan Peirc Thompson yang merupakan psikologi (pakar ilmu perilaku makan) menyebutkan bahwasanya junk food sebagai makanan yang memang diciptakan agar sulit ditolak oleh otak (engineered hyper-palatable food). Sebuah studi dari Yale University (2011) menemukan fakta bahwa mengonsumsi junk food bisa mengaktifkan bagian otak yang juga akan aktif saat mengonsumsi kokain.
6. Cara penyajiannya umumnya siap saji
Cara penyajian junk food pada umumnya instan, praktis, dan cepat. Karenanya berbagai produk makanan ini sering kali populer, contohnya seperti mie instan, burger, minuman bersoda, kentang goreng kemasan, dan sejenisnya.
WHO mengatakan bahwa individu yang mengonsumsi makanan cepat saji meningkat drastis semenjak tahun 2000 dan hal inilah yang menjadi salah satu kontributor obesitas global khususnya pada anak-anak dan remaja.
7. Biasanya minim kandungan air
Ada banyak jenis junk food yang umumnya merupakan produk makanan kering atau digoreng, Hal inilah yang menyebabkan junk food tidak bisa membantu hidrasi tubuh karena minim kandungan air dan juga tidak bisa memberikan rasa kenyang tahan lama.
Bukan tidak boleh dikonsumsi, hanya saja junk food memiliki banyak resiko untuk kesehatan terlebih jika dikonsumsi berlebihan. Silakan baca artikel “9 bahaya junk food untuk kesehatan, mulai dari risiko terkena penyakit jantung hingga penurunan fungsi otak” untuk mengetahui bahaya junk food.
Image by Victoria from Pixabay

Komentar
Posting Komentar